Sabtu, 28 Januari 2012

Sinopsis "SEPATU untuk SAHABAT"

                                   Sepatu untuk Sahabat



             Sri Suryani adalah seorang anak yang tangguh, rajin,penurut dengan ortu dan tidak egois. Dan dia adalah murid kelas VIII dari SMPN Ngadirejo. Dia tinggal bersama mboknya di sebuah bilik bambu, di daerah Temanggung.
            Untuk menghidupi Sri ( anak semata wayangnya ). Simbok harus bekerja, karena suami mbok sudah meninggal akibat kecelakaan. Dan simbok bekerja sebagai penjual lopis, tiwul dan ketan. Maka, tidak heran kalau beberapa teman laki – laki nya mengolok Sri dengan “ pis, ketan, lopis , tiwul, pis, ketan, lopis, tiwul “.
Tetapi walau bagaimanapun telinga Sri sudah menebal dengan olok – olokan itu.

            Pada saat setelah upacara. P. Ngasri ( Pembina pramuka yang sekaligus guru B. Jawa ) membacakan pengumuman daftar nama murid yang terpilih dalam lomba gerak jalan. Memang, sebelumnya Sri sudah tau bahwa namanya akan disebut.
Satu persatu nama demi nama disebut. Ada yang senang, tersenyum, bahkan melompat – lompat. Tetapi berbeda dengan Sri, pada saat namanya disebutkan Sri malah menundukan kepalanya. Dia memang tidak merasa gembira. Karena sepatunya sudah berlubang. Dan ia tidak memiliki uang untuk membelinya.
           Suara dering sepedha terdengar dari luar. Siapa lagi kalau bukan Lisa. Namun, Sri tidak langsung keluar. Karena dia tau, kedatangan Lisa hanya untuk mengajak latihan gerak jalan hari pertama. Tapi, mau tidak mau ia akhirnya juga ikut.
Kedua remaja ini memang tak terpisahkan sejak berkenalan di kelas 1 SMP. Hingga sekarang ( kelas 2 ) mereka pun masih sekelas. Memang perkataan Klise itu berlaku bagi mereka ~> ‘ dimana ada Lisa, disitu ada Sri ‘
          Keesokan harinya, Ibu Rahadi ( ibunya Lisa ) mengajak dia untuk membantu bikin kue. Karena ada banyak pesanan dari kantor ayahnya Lisa. Ia pun sangat senang sekali. Sebab dari situlah dia mendapat uang dan dapat mengisi celengannya untuk membeli sepatu.
          Sudah lama Sri menabung dengan rutin, dan berakhir sangat memuaskan. Yaitu celengan tanah liat itu sudah penuh. Dan Sri pun bertekad unutk membeli sepatu besok dengan Lisa.
          Sore harinya, tiba – tiba Lek Tumi mendatangi rumah Simbok dengan mata sembab. Karena Jono badannya sangat panas. Simbok pun langsung menyuruh Lek Tumi untuk membawa Jono ke rumah sakit. Tetapi Lek Tumi tak mempunyai uang sepeserpun. Dan Simbok pun tetap menyuruh Lek Tumi agar cepat membawa Jono ke rumah sakit tanpa memikirkan soal uang.
Dan akhirnya Lek Tumi pun membawa Jono ke rumah sakit. Sesampai di rumah sakit, Jono diperiksa Pak Mantri. Dan kata Pak Mantri, Jono terkena usus buntu, dan harus dioprasi.
            Melihat keadaan Jono seperti itu, Sri sangat tidak tega. Dan akhirnya Sri memecah celengannya untuk diberikan kepada Lek Tumi. Lek Tumi pun senang sekali dan sangat berterima kasih kepada Allah. Dan tidak lupa ia mengucapkan terima kasih pada Sri.
            Keesokannya, Lisa mengajak Sri untuk membeli sepatu. Tetapi Sri menolak dan menceritakan semua kejadiannya. Lisa pun terkejut, dan langsung memeluk sahabatnya.
Dan akhirnya Lisa menawarkan untuk membeli sepatu dengan memakai uang Lisa. Tetapi Sri menolak, karena takut merepotkan Lisa. Tidak lama kemudian, Lisa memiliki ide,,,, yaitu Sri meminjam sepatu ke teman yang lain.
           Besoknya, Lisa dan Sri bertemu dengan Titin ( teman sekelas mereka, yang iri dengan persahabatan Lisa dan Sri ). Titin tampak memakai sepatu baru. Dipanggilnya Titin oleh Lisa. Titin pun menoleh dengan wajah yang cemberut. Lisa pun bertanya ,
“ Tin apa boleh kita minta tolong ? “
“ kenapa ?!!!!!!!! “ jawab Titin judis
“ kami kekurangan sepatu. Apakah kita boleh meminjam sepatumu ? “Tanya Lisa . “Memang siapa yang mau pakai?” Tanya Titin angkuh.
 “Aku Tin!” Jawab Sri
 “Hih, nggak usah ya! Heh Lis kalau pilih orang tuh pilih – pilih!”
Lisa tertegun, Sri pun merasa tersinggung, lalu berbalik, dan  melesat lari, dengan sebelah tangan berusaha mengusap air matanya yang menetes. Ia berlari sekencang – kencangnya sambil terisak – isak. Teriakan Lisa tak dihiraukannya.
            Lisa pun berusaha mengejar Sri dengan naik sepedanya,. Sepanjang jalan ia tidak melihat Sri. Lisa sudah mencari – cari di mana – mana tetapi, tidak juga ditemukan. Akhirnya Lisa pun kembali ke rumah nya. Dan dia meminta tolong kepada Bowo kakaknya untuk masalah yang dialami Sri. Kak Bowo pun terteginb, dan mencari kal untuk menyelesaikan masalah itu. Tiba – tiba Kak Bowo mempunyai ide tuk membelikan Sri sepatu, lalu dititipkan kepada P.Harman. P.Harman pun sangat mendukung rencana Bowo dan Lisa.
           Dada Sri menggelegak. Karena dibawa lari sekencang – kencangnya. Ia masih kesal dengan kelakuan Titin yang sombong.
           Pada Malam hari, hati dan benak Sri serbakeruh. Ia bergelung dalam dekapan Simbok. Tumpalah segala kepedihannya selama ini kepada Simbok. Sesudah Sri berkeluh kesah kepada Mbok, akhirnya ia terlelap karena perkataan Simbok menyadarkaanya.
          Paginya Sri bangun dengan kepala pening. Simbok menyuruhnya untuk istirahat saja. Dan Simbok akan bicara pada P.Harman. Sri hanya mengangguk. Simbok pergi setelah menunggui Sri sarapan dan minum obat sakit kepala. Tiba – tiba Sri terlelap.
          “Sriiiiiii!! Sriiiii!!!”
Ribut – ribut di luar membangunkan Sri dari tidur lelapnya. Ia segera membukakan pintu. Begitu pintu terbuka, “Hooreee eee!” sorak – sorak dibarengi tepuk tangan ang meriah. Seluruh anggota regu gerak jalan sekolahnya berkerumun di halaman depan rumahnya. Tampak di belakang P.Harman, P.Ngasri, P.Suryadi berbincang – bincang tuk menjelaskan mengapa pagi – pagi di rumah Sri banyak anak SMP. Teman – teman pun mendatangi rumah Sri tuk menunjukan bahwa keikut sertaannya Sri sangat berarti bagi kekompakkan Tim. Akhirnya Sri tidak menolak ajakan tersebut. Dan di ujung kanan , Lisa melonjak – lonjak sambil mengacungkan sepasang sepatu baru. “Warrior !” 
         Sri pun merasa senang sekali, ia langsung mengucapkan terima kasih sedalam – dalamnya. Ia menjabat tangan sahabatnya erat –erat.
          Keesokan harinya, Di Alun – alun semua peserta berkumpul di sana. Sebuah spanduk yang berbunyi “Dengan Semangat Hari Sumpah Pemuda Kita Tingkatkan Ketahanan Nasional dan Kesatuan Bangsa.” Mereka berbaris dengan penuh semangat. Sepanjang jalan mereka tak henti menebarkan senyum dan yel – yel pada penonton.
          Penonton bertepuk tangan ketika mereka melintasi garis finish. Barisan dibubarkan . meraka segera beristiahat, dan mengambil jatah makanan da minuman. Sambil menunggu pengumuman pemenang.
           Tiba – tiba ada panggilan yang membuat Sri menoleh. Sri tergeragap. Tak jauh di depannya berdirilah Titin. Wajahnya sudah tak judes lagi. Dan berlarilah Titin kea rah Sri, lalu menjabat tangannya, mengucapkan selamat dan meminta maaf. Mata mereka bertatapan. Lisa tampak tersenyum lebar.                                                                                           
          Yang jelas, semua persoalan ini akhirnya selesai dengan baik. Tiba – tiba dari kejauhan sepasang mata dengan terharu dan bangga, mata itu adalah mata P.Yahya. “ Klau sudah begini, apakah masih perlu diceritakan, SMPN Ngadirejo menjadi Juara?” Kata P.Yahya. Semua murid – murid tampak gembira sekali dan ada juga yang melonjak – lonjak karena regunya menang lomba Gerak Jalan.


                                                               SEKIAN





By : Himaya and Miah Kumala

0 komentar:

Posting Komentar